Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Periode Awal Kerajaan Mughal di India

 
India merupakan wilayah yang memiliki peradaban yang tergolong tertua di dunia, 

sehingga wajar apabila India tidak pernah absen dalam perkembangan sejarah di dunia, baik itu masa kuno maupun modern. 

Islam pernah mengukir sejarah di wilayah ini, dengan berbagai kerajaan yang ada, dimulai dari Mamluk di India hingga yang terbesar yaitu Mughal.

Peradaban di India tidak bisa di pisahkan dari kerajaan Mughal. 

Selama tiga abad (1526-1857 M), dinasti ini telah mampu memberi warna di negeri yang mayoritas beragama Hindu ini, 

setidaknya agama Islam menjadi tersebar di seluruh penjuru India. 

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. 

Diantara ketiga kerajaan besar tersebut yaitu Turki Utsmani, Safawi dan Mughal, Mughal lah yang paling termuda.

ASAL USUL KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

Kerajaan Mughal didirikan oleh seorang cucu dari Timur Lenk, yaitu Zahiruddin Babur (1482-1530), atau yang lebih dikenal dengan nama Babur Syah. 

Nama lengkapnya adalah Zahir al Din Muhammad Babur ibn Umar Syekh Mirza ibn Abi Said ibn Miransyah ibn Timur Lenk, 

sedangkan ibunya adalah keturunan Jengis Khan, sehingga tidak mengherankan jika ia mewarisi watak kedua tokoh itu.

Saat ayahnya meninggal, pada saat itu ia masih berusia sebelas tahun langsung diangkat sebagai penguasa Fargana (Kesultanan kecil Timuriyyah di daerah Asia tengah), ia memiliki semangat yang matang. 

Ia berambisi untuk menaklukan kota Samarqand, walaupun awalnya belum berhasil. 

Namun serangan berikutnya pada 1494 M Samarqand dapat ditaklukan. Selanjutnya ia berhasil menaklukan Kabul 1504 M. 

Ketika di Kabul, pada saat itu Ibrahim Lodi dilanda Krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi semakin kacau. 

Paman Ibrahim Lodi bersama-sama Daulat Khan mengirim utusan ke Kabul dan meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi. 

Ia langsung menerima-nya dan bersiap-siap menuju Delhi.

Pada tahun 1525 M, dalam perjalanannya Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibukotanya di Lahore. 

Setelah itu ia memimpin tentaranya menuju Delhi. 

Babur dengan 12.000 pasukannya menyerang Ibrahim Lodi yang mengerahkan 100.000 prajuritnya, pada 21 April 1526, 

maka terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. 

Babur mampu memenangkan pertempuran karena ia menggunakan senjata api berupa meriam, sehingga sultan Ibrahim Lodi terbunuh beserta 25.000 tentara pasukannya.

Babur datang ke Delhi dengan kemenangan dan menegakkan pemerintahannya disana. 

Babur segera naik tahta menggantikan Ibrahim Lodi. Dengan demikian, mulailah babak baru sejarah India, yaitu berdirinya kerajaan Mughal (1526). 

Akan tetapi setelah kerajaan ini berdiri, tantangan pertama datang dari raja-raja Hindu yang bersekutu untuk menyerang dinasti baru ini. 

Akan tetapi kemenangan diraih oleh Babur dengan berbagai taktik yang dan kemampuan untuk meyakinkan  pasukannya.

PARA PENGUASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

Babur hanya menikmati masa pemerintahannya selama lima tahun. Pada tahun 1530 M, ia meninggal dan digantikan oleh anaknya yaitu Humayun. 

Humayun putra sulung Babur, dalam pemerintahannya banyak menghadapi tantangan. 

Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539), negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. 

Di antara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. 

Pemberontakan dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. 

Pada tahun 1540 M, terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan, 

ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. 

Humayun menghadap sultan Safawiyah yang bernama Syah Thamasp untuk meminta bantuan. Setelah disetujui ia berhasil menaklukan Kandahar dan Kabul.

Sementara itu, setelah Syer Khan wafat (1545), anaknya tidak dapat memelihara pusaka kerajaan yang telah diwariskan, 

mereka saling berebut kekuasaan sehingga kekuatan negara menjadi pecah. 

Kesempatan tersebut dimanfaatkan Humayun untuk merebut kembali kekuasaan yang pernah diraihnya. 

Oleh karena itu pada November 1555 M, Lahore dapat ditaklukan. 

Ia pun melanjutkan perjalanan menuju Delhi, di tengah jalan ia di hadang oleh pasukan Iskandar Syah, 

akan tetapi Humayun dan pasukannya dapat melewati, dan Delhi pun dapat direbut kembali (1555). 

Namun tidak lama kemudian ia wafat pada 24 Januari 1556 M. 

Ia kemudian digantikan oleh anaknya yaitu Akbar Khan, dengan gelar Abu Fath Jalaludin yang masih berusia 14 tahun ia memimpin selama 50 tahun. 

Karena usianya yang relatif masih kecil itulah maka pemerintahannya di serahkan kepada Bairan Khan yang merupakan seorang Syiah. 

Di sinilah letak masa keemasan dinasti Mughal.

Sultan Jalaludin Akbar menjadi raja terbesar diantara raja-raja Mughal di India. Kekuasaanya hampir di seluruh wilayah anak benua India. 

Ia dikenal seagai pribadi yang jenius, bijaksana, ahli perang, dan administrator negara yang ulung, selain itu ia juga dikenal sebagai tokoh perbandingan agama. 

Prestasi ini disebabkan karena pemikirannya dalam konsep Din-e- Illahi yang mengandung anasir dari berbagai  unsur agama yaitu Hindu, Budha, Jaina, Islam, Parsi, dan Kristen. 

Inti dari konsep ajaran tersebut adalah bahwa agama merupakan gejala dari rasa tunduk kepada satu Dzat Yang Maha Kuasa. 

Menurut sultan Akbar, agama-agama tersebut pada hakekatnya adalah satu. 

Oleh karena itu, perlu dicari jalan kesatuan inti agama, dan dia membuat agama baru yang disebut dengan Din-e-Illahi (1582). 

Selain itu, ia juga mengajarkan ajaran yang disebut Sulh-e-Kul, yang memiliki arti perdamaian universal.

SISTEM POLITIK KERAJAAN MUGHAL

Karena wilayahnya yang sangat luas itu, sultan Akbar menerapkan sistem pemerintahan Militeristik. 

Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan. 

Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-jabatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. 

Dalam pemerintahan militeristik tersebut, sultan merupakan seorang penguasa diktator.

Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. 

Dia menyadari bahwa masyarakat India adalah masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakan dibuat untuk tetap menjaga persatuan diwilayahnya. 

Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din i-Illahi, yaitu menjadikan semua agama di India menjadi satu. 

Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan harapan tidak terjadi permusuhan antara pemeluk agama. 

Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan, dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.

Dari keterangan tersebut, Akbar tampaknya ingin mengembangkan toleransi beragama dengan dasar pertimbangan bahwa sebagaian besar masyarakat India beragama Hindu dan Budha, 

sedangkan masyarakat Muslim hanya merupakan minoritas. 

Oleh karena itu diperlukan hubungan sosial yang erat dengan orang-orang Hindu sebab ia menyadari bahwa kekuasaan Mughal tidak akan bertahan lama apabila didasarkan pada kekuatan minoritas Islam saja.

Baca Juga :  
Download Makalah

SUMBER

Bosworth, C.E. 1993. “Dinasti-dinasti Islam”. Terjemahan Bandung: Mizan.
Karim, Abdul. 2012. “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam”. Yogyakarta: Bagaskara.
Kusdiana, Ading. 2013. “Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan”. Bandung: Pustaka Setia.
Maryam, Siti dkk. 2012. “Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern”. Yogyakarta: Lesfi.
Yatim, Badri. 2004. “Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II”. “Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Post a Comment for "Periode Awal Kerajaan Mughal di India"