Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Singkat Kesultanan Malaka

Mulai dari Sumatera Timur, Islam kemudai berkembang di Malaka sepanjang jalur perdagangan. 

Pendiri kerajaan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit dari Blambangan yang melarikan diri dari Blambangan karena di serang oleh Majapahit, 

kemudian menetap di Malaka dengan beberapa pengikutnya yang setia. 

Malaka pada waktu itu masih merupakan desa kecil di pantai barat semenanjung dan menjadi sarang perompak dan bajak laut. 

Dalam waktu singkat desa kecil itu di rubah menjadi kota pelabuhan yang sangat baik dan merupakan saingan berat bagi Samudera Pasai, 

dalam waktu yang singkat pula Parameswara tampil sebagai orang yang paling berkuasa di Malaka.


 

Langkah pertama Parameswara dalam mengembangkan Malaka adalah memperoleh pengakuan dan perlindungan dari Cina, 

yang diharapkan mampu melindungi kemungkinan adanya serangan dari Majapahit. 

Pada 1402 Parameswara mengirimkan utusan ke istana Peking untuk secara resmi meminta pengakuan dari Kaisar Yung-lo. 

Utusan diterima dan kemudian dikaruniai sebuah cap kerajaan, pakaian sutera dan payung kuning, 

sebagai tanda bahwa Kaisar Yung-lo memberikan pengakuan secara resmi kepada negara Malaka dengan Parameswara sebagai rajanya yang sah.

Pada abad ke-15 dan 16, Malaka telah berkembang menjadi pusat perdagangan internasional. 

Tempat tinggal untuk setiap bangsa diatur oleh negara, bangunan tempat tinggl itu oleh orang Portugis dinamakan fondachi

Pelabuhan Malaka adalah pelabuhan Transito. 

Pengaruh orang Indonesia di Malaka cukup besar, pedagang-pedagang Indonesia berhasil menjadi penguasa di daerah tersebut. 

Menurut De Barros, daerah Upih dan Hillir pada 1515 berada dibawah kekuasaan administrasi orang Jawa. 

Hubungan antara orang Jawa dan Melayu pun sangat kuat, sering sekali terjadi perkawinan antara  pedagang Jawa dan gadis Melayu, 

pedagang Melayu pun sering melakukan pelayaran ke kepulauan Indonesia.


Agama Islam yang datang di Malaka dan kemudian berkembang sampai kepulauan Indonesia tidaklah langsung dari Arab, 

melainkan melalui pedagang-pedagang Islam dari Persia dan Gujarat India. 

Perkembangan Islam antar bangsa di kota Malaka banyak terjadi melalui proses perkawinan.

Sistem pemerintahan Malaka dengan struktur dan Hirarki kekuasaanya erat kaitannya dengan kedudukannya sebagai negara maritim yang mengutamakan perdagangan. 

Kehidupan ekonominya berpusat pada pelayaran dan perdagangan, 

sehingga kegiatan-kegiatan administrasi pun akan melayani dan berkisar di seputar urusan pelayaran dan perdagangan. 

Maka mudah dipahami apabila jabatan-jabatan seperti bendahara, laksamana, dan syahbandar merupakan jabatan terpenting dan srat tugas.

Pejabat tertinggi kerajaan Malaka dibawah raja adalah patih, seorang patih di Malaka bergelar Paduka Raja

Patih membawahi semua pejabat tinggi kerajaan. 

Kemudian menyusul bendahara, yang juga berkuasa dalam pengadilan disamping ia berkuasa dalam urusan pajak. 

Laksamana berkedudukan sejajar dengan bendahara. Dan Syahbandar merupaan jabatan terpenting, yang bertugas menerima nahkoda kapal sesuai dengan yuridiksi masing-masing.

Baca Juga :

Post a Comment for "Sejarah Singkat Kesultanan Malaka"